Cerkak bersifat fiktif yakni menceritakan sebuah kisah yang sedang dialami tokoh dengan ringkasan cerita ada konflik dan penyelesaiannya. Biasanya cerkak fokus di satu tokoh saja, disampaikan kurang dari 1000 kata serta berisi suatu klimaks “puncak dari permasalah” dan penyelesaian masalah. Karena tidak terlalu panjang, seseorang dapat menikmati keseluruhan cerita dalam satu kali baca.
Cerita yang disampaikan pada cerkak sangatlah singkat, padat dan langsung pada tujuannya serta sedikit plot atau latar. Pada dasarnya cerkak bahasa Jawa di buat untuk memberikan sejumlah pesan moral kepada semua pembacanya.
Ciri-Ciri Cerita Cekak Bahasa Jawa
1. Cerkak lumrahe kurang saka 1000 tembung
Cerkak memiliki cerita yang singkat, padat dan ringkas yang terdiri dari 500 kata atau tidak lebih dari 1000 kata. Karena ceritanya ringkas, dan padat sehingga isi dari cerita tersebut bisa jelas dan langsung pada tujuan.
2. Cerkak bersifat naratif (sesuai dengan urutan wektu)
Cerkak bersifat naratif artinya adalah kalimat-lakimat yang ada dalam cerkak menceritakan berbagai kejadian atau peristiwa yang tersusun secara urut dan sesuai dengan urutan waktu kejadian.
3. Cerkak Sifatnya fiktif/reka-reka/khayalan
Cerkak Bersifat fiktif. Cerkak pada umumnya bersifat fiktif atau tidak benar-benar terjadi di dunia nyata. Cerkak biasanya dibuat tidak berdasarkan kisah nyata, namun dari karangan pencipta yang seolah-olah cerita tersebut benar-benar terjadi dalam kehidupan nyata.
4. Masalah yang diceritakan hanya satu (Perkara kang dicritakake mung siji)
Cerkak cenderung memusatkan di salah satu tokoh pada tiap alurnya, di setiap suasana sehinga memiliki kesan tunggal.
5. Jumlah tokoh sedikit (Cacahe paraga mung sithik).
Cerkak pada umumnya mengandung sebuah cerita yang berhubungan secara erat dan perilaku manusia di dalam kehidupan sehari-harinya.
6. Cerkak memiliki Bahasa yang Tegas dan mengajak.
Pada umumnya bahasa yang digunakan cerkak adalah bahasa yang tegas dan berisikan ajakan, artinya tidak bertele-tele dan gaya bahasa mampu menggambarkan isi dari cerita tersebut. Cerkak yang bagus akan mampu membuat para pembaca turut merasakan suasana dan isi dari cerita tersebut.
7. Diwaca sakeplasan (sekali duduk).
Cerita cekak cerita yang singkat, padat dan ringkas yang katanya tidak lebih dari 1000 kata. Karena ceritanya ringkas, dan padat sehingga bisa dibaca sekali selesai.
Struktur cerita cekak terbentuk dari unsur-unsur seperti unsur Intrinsik dan Ekstrinsik karya sastra. Untuk intrinsik adalah dimana unsur yang membangun karya sastra dari dalam cerita itu sendiri, sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra dari luar. Dalam sebuah cerita.
1) Unsur Intrinsik karya sastra yang membangun cekak ada 8.. Diantaranya:
1. Tema adalah inti atau ide dasar suatu cerita
2. Alur/plot, adalah Pola pangembangan crita yang terbentuk dari hubungan sebab akibat
Lakon crita bisa dibagi menjadi beberapa bagian, diantaranya::
1) Pengenalan bab situasi atau keadaan crita (exposition)
Dalam hal ini, pengarang mengenalkan para tokoh, menceritakan adegan dan menyebutkan hubungan antar toko (pengarang ngenalake para tokoh, nata adegan lan hubungan tokoh-tokohe).
2) Menjelaskan peristiwa (Panjlentrehe kedadeyan) (complication)
Dalam bab ini pengearang menjelaskan keadaan awal yang menjadi sumber masalah bagi para tokohnya.
3) Menuju konflik (Nuju ana ing konflik) (rising action)
Dalam bab ini masalah tokoh utama yang dialami semakin bertambah (masalahe tokoh kang dialami saya tambah).
4) Puncak masalah (Pucuking masalah) (turning point)
Inti cerita. Dalam hal ini nasib tokoh ditentukan bisa menjadi lebih baik ataukah sebaliknya (nasib tokohe ditemtokake (kasil orane ngadepi masalah).
5) Akhir cerita (Rerampungan) (ending)
Nasib tokoh yang dialami sudah bisa ditebak.
3. Latar, adalah tempat (papan panggonan), hubungan waktu dan lingkungan sosial dari kejadian yang diceritakan dalam cerita.
Latar ing cerkak iku ana 3 jenise:
a) Latar tempat (panggonan), adalah latar yang menjadi tempat panggonan ketika peristiwa itu terjadi.
Contohnya : ing plataran omahe Agus seneng tenguk-tenguk nyawang kahanan…….(kharisma X, hal 44)
b) Latar waktu (wektu),adalah waktu dimana kejadian itu berlangsung
Contohnya : Dina iki, 27 Desember 2009, ing wengi kutha Jakarta tansah rame. Amerga bengi iki final AFF…….(kharisma X, hal 44)
c) Latar kahanan (suasana), adalah keadaan lingkungan sosial pada saat kejadian itu terjadi.
Contohnya : Nalika kebo bule wis cedhak saka papan panggonanku nonton kirab pusaka siji Sura, kahanan tansah anteng, kras sepi, ora ana mobah mosoking angin……(kharisma, hal 44)
4. Tokoh, adalah peraga yang ada didalam sebuah cerita pendek (yaiku Paraga ing sawijining Cerkak).
5. Penokohan, adalah caranya pengarang menggambarkan dan menjelaskan karakter para tokoh yang ada didalam cerita (yaiku carane pengarang nggambarake lan njlentrehake karakter tokoh ana ing crita).
Ada 2 teknik yang dapat digunakan untuk menggambarkan sebuah karaktertokoh dalam cerita:
1. Teknik Analitik adalah karakter tokoh yang dijelaskan secara langsung oleh pengarang
2. Teknik Dramaticadalah karakter tokoh yang dijelaskan dengan cara penggambaran. Contohnya dari fisik dan karakter tokoh, lingkungan tempat tinggal, tata bahasa, pola pikir, dan cerita penggambaran dari tokoh lain yang ada dalam cerita.
6. Sudut pandang (point of view) adalah dimana posisi pengarang pada saaat menceritakan sebuah cerita (yaiku posisine pengarang nalika ncritakake crita).
Posisi pengarang ada 2:
1. Menjadi orang pertama (Dadi wong kapisan) adalah pengarang menjadi tokoh utama dalam cerita.
Cirinya ada kata “AKU”.
Contohnya : Aku isih durung percaya menawa dina iki aku bisa lungguh ana ing kursi stadion Olimpico Roma Italia…….
2. Menjadi orang ketiga (Dadi wong katelu) adalah pengarang menjadi pengamat dalam cerita dan seolah olah pengarang serba tahu.
Cirinya: penyebutan nama tokoh utamanya menggunakan nama orang “NAMA GIYARTI”.
Contohnya : Giyarti katon mongkog atine amerga bisa munggah podium menang lomba……
7. Amanat adalah ajaran moral atau pesan moral yang mendidik (didaktis) yang diberikan dalam cerita dan bisa dijelaskan pengarang kepada pembaca bisa dengan cara tersirat maupun tersurat.
”Tersirat ateges pamaos kedhah mbetahaken daya pemahaman ingkang inggil kangge ningali pesan kang wonten ing sajrone Cerkak, dene Tersurat pamaos langsung saged ningali pesan/amanat kanthi maos langsung tanpa ngreka”
8. Gaya basa adalah bahasa yang digunakan pengarang dalam sebuah cerita. Utawa cara khas yang digunakan pengarang untuk medharake pikiran dan rasa hatinya. Cara yang khas tadi bisa dipahami/dilihat dari kata-kata atau kalimat yang digunakan. Maka dari itu gaya bahasa itu memberikan rasa tersendiri bagi para pembacanya marang pikiran yang diandharake oleh pengarang.
Gaya basa di jagad kasusastran Jawa bisa berwujud basa rinengga, pepindhan, bebasan lan majas. Dengan menggunakan perbandingan, menghidupkan benda mati,melukiskan sesuatu dengan tidak sewajarnya, dan sebagainya. Itulah sebabnya, terkadang dalam karya sastra sering dijumpai kalimat-kalimat khas. Nada padakarya sastra merupakan ekspresi jiwa. Basa kang ana ing crita kang nduweni kagunan kanggo nyiptakake nada utawa kahanan persuasif uga ngrumusake dialog kang bisa ngetokake hubungan lan interaksi tokoh siji lan sijine. "
2) Unsur Ekstrinsik karya sastra
Unsur Ekstrinsik cerkak bisa dilihat dari suku, agama, budaya, ekonomi, sosial, lsp. ing sajroning papan panggonan tartamtu