Showing posts with label PENDIDIKAN. Show all posts
Showing posts with label PENDIDIKAN. Show all posts

Media Pembelajaran: Pengertian, Manfaat, Tujuan dan Contoh Media POP UP BOOK

Media pembelajaran adalah segala bentuk alat dan bahan yang digunakan seorang pendidik dalam proses pembelajaran untuk membantu peserta didik dalam menguasai dan memahami materi pelajaran. Media pembelajaran mempunyai peran penting untuk efektivitas proses pembelajaran. 

 

 

Dengan menggunakan media pembelajaran, seorang guru dituntut untuk menjadi kreatif dan inovatif. Dengan media ini tentunya diharapkan akan memberikan manfaat bagi proses belajar siswa. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal penuturan kata-kata oleh pendidik.

 

 

Media pembelajaran dapat berupa objek fisik, teknologi, atau kombinasi keduanya. Yang dirancang untuk tujuan tercapainya informasi yang lebih efektif dan mudah diingat. Seringnya seorang pendidik menggunakan media pembelajaran dapat dipastikan akan lebih menarik perhatian siswa, sehingga bisa menumbuhkan motivasi belajar peserta didik dan tercapainya tujuan dari pembelajaran itu sendiri.

 

 

Dengan menggunakan media pembelajaran siswa bisa lebih banyak melakukan kegiatan belajar. Sebab, tidak hanya mendengarkan uraian guru, tapi juga aktivitas lain, seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memamerkan, dan lain sebagainya.


Tujuan dari penggunaan media pembelajaran adalah untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih menarik, bermakna, dan interaktif, sehingga membantu peserta didik dalam memahami konten pelajaran dengan lebih baik.

 

 

 

kegiatan Distribusi

 

Pengertian Media Pembelajaran Menurut Beberapa Ahli

Berikut adalah pengertian media pembelajaran menurut beberapa ahli dalam bidang pendidikan:

 

1.      Prof. Dr. Sutrisno Hadi

Menurut Sutrisno Hadi, media pembelajaran adalah alat atau objek fisik yang dipakai oleh guru dalam proses belajar - mengajar untuk mempermudah penyajian bahan pelajaran dan membantu siswa dalam memahaminya.

 

2.      Dr. Syarifuddin, M.Pd. dan Eka Dewi Utari

Menurut buku Media Pembelajaran (Dari Masa Konvensional hingga Masa Digital) media pembelajaran adalah alat bantu proses belajar mengajar. Alat atau segala sesuatu yang bisa digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau keterampilan siswa, sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar.

 

3.      Prof. Dr. M. Syafei

Menurut M. Syafei, media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menghasilkan perubahan tingkah laku peserta didik melalui panca indera mereka.

 

4.      A. S. Hardjasudarma

Menurut A. S. Hardjasudarma, media pembelajaran adalah segala alat atau perantara yang dapat mempengaruhi alat indera manusia dalam mengamati, merasakan, atau memperoleh pengetahuan dan pengalaman.

 

5.      Djamarah dan Zain

Menurut Djamarah dan Zain, media pembelajaran adalah segala benda atau perangkat yang digunakan oleh guru dalam proses belajar-mengajar untuk memudahkan guru dan siswa mencapai tujuan pembelajaran.

 

6.      Prof. Dr. H. Fuad Hassan

Menurut Fuad Hassan, media pembelajaran adalah alat atau bahan yang digunakan untuk menyajikan suatu komunikasi pembelajaran agar lebih baik, efektif, dan menyenangkan.

 

 

Tujuan Media Pembelajaran

Berikut beberapa tujuan dari penggunaan media pembelajaran untuk dunia pendidikan:

 


1.       Media pembelajaran yang menarik dan bervariasi dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses belajar. Media yang visual atau interaktif dapat membuat pembelajaran lebih menarik dan menghindarkan dari kejenuhan.

 

2.       Media pembelajaran dapat membantu dalam menjelaskan konsep-konsep yang abstrak atau kompleks. Melalui visualisasi, grafik, atau animasi, konsep-konsep tersebut dapat diilustrasikan dengan lebih jelas dan mudah dipahami oleh siswa.

 

3.       Dapat membantu membangkitkan daya ingat siswa. Informasi yang disajikan dengan cara yang berbeda, seperti melalui gambar, video atau audio, cenderung lebih mudah diingat daripada hanya teks biasa.

 

4.       Siswa bisa lebih banyak melakukan kegiatan belajar. Sebab, tidak hanya mendengarkan uraian guru, tapi juga aktivitas lain, seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memamerkan, dan lain sebagainya.

 

 

Contoh Media Pembelajaran

 

1.      Media audiovisual

 

Termasuk di dalamnya adalah audio, video, dan multimedia. Media audio seperti rekaman suara, ceramah dan lab bahasa. audio dapat digunakan untuk menyampaikan informasi secara lisan. Media video dapat berupa presentasi visual, rekaman demonstrasi, film pendidikan, atau animasi. Media multimedia mencakup kombinasi audio, video, teks, gambar, dan interaktivitas, seperti presentasi multimedia atau aplikasi edukatif.

 

 

2.      Media gambar atau visual

 

Adalah media yang hanya dapat dilihat. Media visual terdiri dari media yang bisa diproyeksikan dan media yang tidak bisa diproyeksikan. Beberapa contoh media visual adalah gambar/foto, sketsa, diagram, peta konsep, grafik, kartun, poster, peta atau globe dan papan bulletin.

 

Media gambar dapat membantu menjelaskan konsep, memvisualisasikan informasi, atau memperjelas hubungan antara konsep-konsep yang kompleks.

 

3.      Media Interaktif

 

adalah aplikasi edukatif, simulasi, permainan pendidikan, dan perangkat lunak pembelajaran. Media interaktif memungkinkan siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses belajar dan memperoleh pengalaman langsung dalam menjelajahi konsep-konsep.

 

 

 

BERIKUT CONTOH MEDIA PEMBELAJARAN PADA KURIKULUM MERDEKA

 

 

1.    MEDIA POP UP BOOK Materi Kegiatan Ekonomi

    <<<FILE DOWNLOAD >>>

GAMBAR1

GAMBAR2

GAMBAR3

GAMBAR4

GAMBAR5

 

 

<<<<semoga bermanfaat>>>> 



 

Gerakan Transformasi Ki Hajar Dewantara dalam Perkembangan Pendidikan Sebelum dan Sesudah Kemerdekaan

        

Ki Hajar Dewantara dinobatkan sebagai Bapak Pendidikan Nasional karena jasanya dalam bidang pendidikan di Indonesia. Ki Hajar Dewantara adalah tokoh yang berjuang keras untuk memajukan bidang pendidikan di Indonesia. Pada Zaman dahulu sebelum kemerdekaan tahun 1854 beberapa bupati  menginisiasi pendidikan sekolah  hanya untuk calon calon pegawai. Sekolah hanya ditujukan kepada orang orang tertentu. Kemudian lahir Sekolah Bumi Putera yang terdapat 3 kelas saja pada tahun yang sama. Rakyat hanya diberikan penididikan berupa membaca, menulis, dan berhitung seperlunya.Tahun 1922 lahirlah sekolah taman siswa di Yogyakarta. Taman siswa adalah jiwa rakyat untuk merdeka. Merdeka memperoleh pendidikan. Adapun Perbedaan perkembangan pendidikan sebelum kemerdekaan dan sesudah bisa terlihat dalam penjelasan berikut:

 

 

 

1.      Siswa

 

Tahun 1901, Belanda mulai memperkenalkan sistem pendidikan formal bagi penduduk Hindia Belanda (Indonesia).  Namun pendidikan formal dibagi berdasarkan kelas sosial dan keturunan. Baru anak pejabat dan bangsawan pribumi yang bisa mengenyam pendidikan formal.. Pada zaman dahulu pendidikan juga diperuntukan untuk laki laki, sementara wanita tidak boleh mengenyam pendidikan. Karena pada hakikatnya perempuan akan menunduk kepada ayah, saudara laki-lakinya dan suaminya.Sesudah kemerdekaan semua bisa mengenyam pendidikan tanpa terkecuali.

 

 

 

2.      Kebudayaan

 

Pendidikan Zaman sebelum kemerdekaan tidak memperhatikan soal kebudayaan. Lebih mementingkan intelektualitas serta materialistis. Setelah kemerdekaan meski terkadang terdapat system barat, anak anak diberikan pendidikan yang kultural nasioanl yang semuanya ditujukan kearah keluhuran manusia, bangsa, tidak dengan memisahkan diri dari kesatuan kemanusiaan.

 

 

 

3.      Sistem Pendidikan 

 

Sistem pendidikan zaman kolonial dilakukan dengan perintah dan sanksi. Di sekolah masih ada yang memberlakukan sangsi hukuman. Murid mendapat hukuman fisik, pelecehan, dan direndahkan.. Siswa tidak diberi kebebasan berpendapat dan mengembangkan bakat Selain itu pembelajaran hanya terkait membaca, menulis dan berhitung.

 

 

 

 

            Pada zaman sekarang khususnya anak dibolehkan untuk berpendapat, mmemilih apa yang menjadi keinginan. Guru menganut filsafat pendidikan  Ki Hajar Dewantara bahwasanya Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak- anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. 

 

 

 

 

 

Teori Perkembangan Rentang Hidup Erikson

Erikson mengembangkan teori psychosocial development, yaitu bagaimana kebutuhan individu seseorang (psycho) tergabung dengan keperluan dan tuntutan masyarakat (social). Erikson mengajukan 8 tahapan yang harus kita lewati dalam proses perkembangan kita. Pada setiap tahapan tersebut, terdapat sebuah konflik yang harus dihadapi dan di selesaikan agar kita memiliki perkembangan yang normal. 

 


 

Terdapat delapan tahap perkembangan yang terungkap ketika manusia melalui rentang  kehidupannya yaitu:

 

 

ü  Trust vs Mistrust (Kepercayaan vs Ketidakpercayaan) adalah tahap psikososial pertama Erikson. Tahap ini terjadi pada tahun pertama kehidupan manusia. Perkembangan kepercayaan membutuhkan pemeliharaan yang penuh kehangatan. Hasil positif keberhasilan dalam tahapan perkembangan ini adalah perasaan nyaman dan minim rasa takut. Ketidakpercayaan terjadi ketika bayi diperlakukan terlalu negatif atau diabaikan. 

 

 

ü  Autonomy vs Shame & Doubt (Otonomi vs Malu dan Ragu) adalah tahap psikososial kedua Erikson. Hal ini terjadi pada akhir masa bayi dan balita. Setelah memperoleh kepercayaan pengasuh mereka, bayi mulai menemukan bahwa perilaku mereka adalah mereka sendiri. Mereka menyatakan kebebasan mereka dan menyadari kemauan mereka. Jika bayi terlalu banyak dibatasi atau dihukum terlalu keras, mereka mengembangkan rasa malu dan ragu.

 

 

ü  Initiative vs Guilt (Inisiatif vs Rasa bersalah) adalah tahap psikososial ketiga Erikson. Hal ini terjadi pada usia 3 sampai 5 tahun. Di usia ini anakanak harus terlibat secara aktif, perilaku yang memiliki tujuan yang melibatkan inisiatif. Anak-anak mengembangkan perasaan bersalah tidak nyaman jika mereka melihat diri mereka sebagai individu yang tidak  bertanggung jawab atau dibuat merasa cemas yang berlebihan.

 

 

ü  Industry vs Inferiority (Industri vs Inferioritas) adalah tahap psikososial Erikson keempat. Tahap ini terjadi pada usia 6 tahun sampai pubertas atau remaja awal. Di tahap ini, anak mengarahkan energi mereka terhadap pengetahuan dan menguasai keterampilan intelektual. Bahaya di tahuntahun sekolah dasar adalah berkembangnya rasa rendah diri, tidak produktif, dan ketidakmampuan.

 

 

ü  Identity vs Role Confusion (Identitas vs Kebingungan identitas) adalah tahap psikososial Erikson kelima. Tahap ini terjadi pada usia remaja. Di tahap ini, individu mulai mencari tahu siapa mereka, mengenai apa yang mereka mau, dan dimana mereka hidup nantinya. Di tahap ini, para remaja dihadapkan dengan banyak peran baru dan status dewasa. Remaja perlu diizinkan untuk mengeksplorasi jalan yang berbeda untuk mencapai identitas yang sehat. Jika mereka tidak cukup mengeksplorasi peran yang berbeda dan gagal untuk mengukir jalan yang positif di masa depan, mereka akan tetap bingung mengenai identitas mereka.

 

 

ü  Intimacy vs Isolation (Intimasi vs Isolasi) adalah tahap psikososial Erikson keenam. Tahap ini terjadi pada masa dewasa awal (20 - 30 tahunan). Tugas perkembangan adalah membentuk hubungan positif yang erat dengan orang lain. Bahaya dari tahap ini adalah bahwa seseorang akan gagal untuk membentuk hubungan intim dengan pasangan romantis atau teman dan menjadi terisolasi secara sosial.

 

 

ü  Generativity vs Stagnation (Pembangkitan vs Stagnasi) adalah tahap psikososial Erikson ketujuh. Tahap ini terjadi pada masa dewasa pertengahan (40 - 50 tahunan). Pembangkitan berarti mentransmisi sesuatu yang positif kepada generasi berikutnya. Hal ini dapat melibatkan peran seperti pengasuhan dan pengajaran di saat orang dewasa membantu generasi berikutnya dalam mengembangkan hidup yang bermanfaat. Sementara, stagnasi diartikan sebagai perasaan telah tidak melakukan apa-apa lagi untuk membantu generasi berikutnya.

 

 

ü  Integrity vs Desperate (Integritas vs Putus asa) adalah tahap psikososial Erikson kedelapan. Tahap ini terjadi pada masa dewasa akhir (60 tahun-meninggal). Orang dewasa cenderung untuk meninjau kehidupan mereka, mencerminkan pada apa yang telah mereka lakukan. Jika evaluasi retrospektif positif, mereka mengembangkan rasa integritas. Artinya, mereka melihat hidup mereka sebagai hidup yang terintegrasi secara positif dan layak. Sebaliknya, orang dewasa menjadi putus asa jika melirik ke belakang mereka, terutama mengenai hal negatif.