Mengenal Tata Upacara Pengantin Adat Jawa
I.
Babak I (Tahap
Pembicaraan)
Yaitu tahap pembicaraan antara pihak yang akan punya hajat mantu dengan pihak
calon besan, mulai dari pembicaraan pertama sampai tingkat melamar dan
menentukan hari penentuan (gethok dina).
II.
Babak II (Tahap
Kesaksian)
Babak ini merupakan peneguhan pembicaaan yang disaksikan oleh pihak ketiga,
yaitu warga kerabat dan atau para sesepuh di kanan-kiri tempat tinggalnya,
melalui -acara sebagai berikut :
1. Srah-srahan
Yaitu menyerahkan seperangkat perlengkapan sarana untuk
melancarkan pelaksanaan acara sampai hajat berakhir. Untuk itu diadakan
simbol-simbol barang-barang yang mempunyai arti dan makna , berupa cincin,
seperangkat busana putri, makanan tradisional, buah-buahan, daun sirih dan Adapun makna dan maksud benda-benda tersebut adalah :
a. Cincin emas, yang
dibuat bulat tidak ada putusnya, maknanya agar cinta mereka abadi tidak
terputus sepanjang hidup.
b. Seperangkat busana
putri, bermakna masing-masing pihak harus pandai menyimpan rahasia terhadap
orang lain.
c. Perhiasan yang
terbuat dari emas, intan dan berlian
mengandung makna agar calon pengantin putri selalu berusaha untuk tetap
bersinar dan tidak membuat kecewa.
d. Makanan tradisional,
terdiri dari jadah, lapis, wajik, jenang; semuanya terbuat dari beras ketan.
Beras ketan sebelum dimasak hambur, tetapi setelah dimasak, menjadi lengket.
Begitu pula harapan yang tersirat, semoga cinta kedua calon pengantin selalu
lengket selama-lamanya.
e. Buah-buahan,
bermakna penuh harap agar cinta mereka menghasilkan buah kasih yang bermanfaat
bagi keluarga dan masyarakat.
f. Daun sirih,
Daun ini muka dan punggungnya berbeda rupa, tetapi kalau digigit sama rasanya.
Hal ini bermakna satu hati, berbulat tekad tanpa harus mengorbankan perbedaan.
2. Peningsetan
Lambang kuatnya ikatan pembicaraan untuk mewujudkan dua
kesatuan yang ditandai dengan tukar cincin antara kedua calon pengantin.
3. Asok tukon
Hakikatnya adalah penyerahan dana berupa sejumlah uang
untuk membantu meringankan keuangan kepada keluarga pengantin putri.
4. Gethok dina
Menetapkan kepastian hari untuk ijab qobul dan resepsi.
Untuk mencari hari, tanggal, bulan, biasanya dimintakan saran kepada orang yang
ahli dalam perhitungan Jawa.
III.
Babak III (Tahap Siaga)
Pada tahap ini, yang akan punya hajat mengundang para sesepuh dan sanak saudara
untuk membentuk panitia guna melaksanakan kegiatan acara-acara pada waktu
sebelum, bertepatan, dan sesudah hajatan.
1. Sedhahan Yaitu
cara mulai merakit sampai membagi undangan.
2. Kumbakarnan Pertemuan
membentuk panitia hajatan mantu, dengan cara :
a. Pemberitahuan dan
permohonan bantuan kepada sanak saudara, keluarga, tetangga, handai taulan, dan
kenalan.
b. adanya rincian
program kerja untuk panitia dan para pelaksana.
c. mencukupi
segala kerepotan dan keperluan selama hajatan.
d. pemberitahuan
tentang pelaksanaan hajatan serta telah selesainya pembuatan undangan.
3. Jenggolan atau
Jonggolan Saatnya calon pengantin sekalian melapor ke KUA (tempat domisili
calon pengantin putri). Tata cara ini sering disebut tandhakan atau tandhan,
artinya memberi tanda di Kantor Pencatatan Sipil akan ada hajatan mantu, dengan
cara ijab.
IV.
Babak IV (Tahap Rangkaian Upacara)
Tahap ini bertujuan untuk menciptakan nuansa bahwa hajatan mantu sudah tiba.
Ada beberapa acara dalam tahap ini, yaitu :
1. Pasang tratag dan
tarub,
Pemasangan tratag yang dilanjutnya dengan pasang tarub
digunakan sebagai tanda resmi bahwa akan ada hajatan mantu dirumah yang
bersangkutan. Tarub dibuat menjelang acara inti. Adapun ciri kahs tarub adalah
dominasi hiasan daun kelapa muda (janur), hiasan warna-warni, dan kadang
disertai dengan ubarampe berupa nasi uduk (nasi gurih), nasi asahan, nasi
golong, kolak ketan dan apem.
2. Kembar mayang
Berasal dari kembar artinya sama dan mayang artinya bunga
pohon jambe atau sering disebut Sekar Kalpataru Dewandaru, lambang kebahagiaan
dan keselamatan. Jika pawiwahan telah selesai, kembar mayang dilabuh atau
dibuang di perempatan jalan, sungai atau laut dengan maksud agar pengantin
selalu ingat asal muasal hidup ini yaitu dari bapak dan ibu sebagai perantara
Tuhan Yang Maha Kuasa. Barang-barang untuk kembar mayang adalah :
a. Batang pisang, 2-3
potong, untuk hiasan. Biasanya diberi alas dari tabung yang terbuat dari
kuningan.
b. Bambu aur untuk penusuk
(sujen), secukupnya.
c. Janur kuning, ± 4
pelepah.
d. Daun-daunan: daun
kemuning, beringin beserta ranting-rantingnya, daun apa-apa, daun girang dan
daun andong.
e. Nanas dua buah,
pilih yang sudah masak dan sama besarnya.
f. Bunga melati,
kanthil dan mawar merah putih.
g. Kelapa muda dua buah,
dikupas kulitnya dan airnya jangan sampai tumpah. Bawahnya dibuat rata atau
datar agar kalau diletakkan tidak terguling dan air tidak tumpah.
3. Pasang tuwuhan
(pasren)
Tuwuhan dipasang di pintu masuk menuju tempat duduk
pengantin. Tuwuhan biasanya berupa tumbuh-tumbuhan yang masing-masing mempunyai
makna :
a. Janur
Harapannya agar pengantin memperoleh nur atau cahaya terang dari Yang Maha
Kuasa.
b. Daun kluwih
Semoga hajatan tidak kekurangan sesuatu, jika mungkin malah dapat lebih (luwih)
dari yang diperhitungkan.
c. Daun beringin
dan ranting-rantingnya Diambil dari kata ”ingin” artinya harapan, cita-cita
atau keinginan yang didambakan mudah-mudahan selalu terlaksana.
d. Daun dadap serep Berasal
dari suku kata rep artinya dingin, sejuk, teduh, damai, tenang tidak ada
gangguan apa pun.
e. Seuntai padi
(pari sewuli) Melambangkan semakin berisi semakin merunduk. Diharapkan
semakin berbobot dan berlebih hidupnya, semakin ringan kaki dan tangannya, dan
selalu siap membantu sesama yang kekurangan.
f. Cengkir gadhing
Air kelapa muda (banyu degan), adalah air suci bersih, dengan lambang ini
diharapkan cinta mereka tetap suci sampai akhir hayat.
g. Setundhun gedang raja
suluhan (setandan pisang raja) Semoga kelak mempunyai sifat seperti raja
hambeg para marta, mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi.
h. Tebu wulung watangan
(batang tebu hitam) Kemantapan hati (anteping kalbu), jika sudah mantap
menentukan pilihan sebagai suami atau istri, tidak tengok kanan-kiri lagi.
i. Kembang
lan woh kapas (bunga dan buah kapas) Harapannya agar kedua pengantin kelak
tidak kekurangan sandang, pangan, dan papan. Selalu pas, tetapi tidak
pas-pasan.
j. Kembang
setaman dibokor (bunga setaman yang ditanam di air dalam bokor) Harapannya
agar kehidupan kedua pengantin selalu cerah ibarat bunga di taman.
Berikut adalah acara Siraman secara lengkap menurut adat
Jawa. Dalam prosesi pernikahan adat Jawa, biasanya sehari sebelum
berlangsungnya akad nikah dan panggih, kedua calon mempelai mengadakan acara
pengajian dan siraman di kediaman masing-masing mempelai.
Acara pengajian tentunya bertujuan untuk memohon doa
restu kepada Allah SWT agar semua rangkaian acara pernikahan dapat berlangsung
dengan lancar. Setelah acara pengajian, serangkaian upacara adat Siraman
dimulai. Sebelum upacara inti Siraman dimulai, biasanya didahului dengan
upacara pemasangan Blakatepe dan Tuwuhan. Pada upacara pemasangan Blaketepe dan
Tuwuhan ini perlengkapan utama yang harus disiapkan adalah tangga dan baki
berisi padi:
PASANG BLAKETEPE
Merupakan tradisi membuat ’blaketepe’ atau anyaman daun
kelapa untuk dijadikan atap atau peneduh resepsi manton. Tatacara ini mengambil
’wewarah’ atau ajaran Ki Ageng Tarub, salah satu leluhur raja-raja Mataram.
Saat mempunyai hajat menikahkan anaknya Dewi Nawangsih dengan Raden Bondan
Kejawan, Ki Ageng membuat peneduh dari anyaman daun kelapa. Hal itu dilakukan
karena rumah Ki Ageng yang kecil tidak dapat memuat semua tamu, sehingga tamu
yang diluar rumah diteduhi dengan payon daun kelapa itu.
Dengan diberi ’payon’ itu ruang yang dipergunakan untuk
para tamu Agung menjadi luas dan menampung seluruh tamu. Kemudian payon dari
daun kelapa itu disebut ’tarub’, berasal dari nama orang yang pertama
membuatnya. Tatacara memasang tarub adalah bapak naik tangga sedangkan ibu
memgangi tangga sambil membantu memberikan ’blaketepe’ (anyaman daun kelapa).
Tatacara ini menjadi perlambang gotong royong kedua orang tua yang menjadi
pengayom keluarga Pasang Padi (melengkapi tuwuhan)
PASANG PADI (melengkapi Tuwuhan)
Saudara kandung pengantin wanita membawa baki berisi
padi. Padi ini akan dipasang oleh kedua orang tua Calon Pengantin Wanita pada
tuwuhan yang sudah di pasang pada pintu gerbang rumah.
Tuwuhan mengandung arti suatu harapan kepada anak yang dijodohkan dapat
memperoleh keturunan, untuk melangsungkan sejarah keluarga .
Tuwuhan terdiri dari :
· Pohon pisang raja yang
buahnya sudah masak
Maksud dipilih pisang yang sudah masak adalah diharapkan pasangan yang akan
menikah telah memiliki pemikiran dewasa atau telah masak. Sedangkan pisang raja
mempunyai makna pengharapan agar pasangan yang akan dinikahkan kelak mempunyai
kemakmuran, kemuliaan dan kehormatan seperti raja.
· Tebu wulung
Tebu wulung berwarna merah tua sebagai gambaran tuk-ing memanis atau
sumber rasa manis. Hal ini melambangkan kehidupan yang serba enak.
Sedangkan makna wulung bagi orang Jawa berarti sepuh atau tua.
Setelah memasuki jenjang perkawinan, diharapkan kedua mempelai mempunyai jiwa
sepuh yang selalu bertindak dengan ’kewicaksanaan’ atau kebijakan
· Cengkir Gadhing
Merupakan simbol dari kandungan tempat jabang bayi atau lambang keturunan
· Daun randu dan pari
sewuli
Daun Randu melambangkan sandang, sedangkan pari melambangkan pangan. Sehingga
hal itu bermakna agar kedua mempelai selalu tercukupi sandang dan pangannya.
· Godhong apa-apa
(bermacam-macam dedaunan)
Seperti daun beringin yang melambangkan pengayoman, rumput alang-alang
dengan harapan terbebas dari segala halangan.
PROSESI SIRAMAN
Perlengkapan yang perlu disiapkan pada prosesi siraman ini antara lain
adalah :
· Pencampuran air siraman
yang meliputi kembang setaman dan air untuk memandikan. Air siraman ini berasal
dari 7 mata air yang berbeda. Dan untuk yang muslim biasanya memasukkan Air
Zam-Zam sebagai salah satu dari 7 mata air tersebut.
· Siapkan 2 meja pendek
seperti yang ada pada ruang tamu di dekat pemandian. Meja tersebut untuk
meletakkan : Kain, Handuk dan Kimono serta Ubo Rampe . Kain, Handuk dan Kimono
sebaiknya mempunyai warna yang senada, katanya sih biar enak dilihat
· Klenting tempat air
kembang setaman
· Kelapa yang dibelah untuk
gayung mandi
· Siapkan 2 meja katering
dan sudah dihias. Meja tersebut untuk meletakkan
· Tumpeng Robyong (tambahan
perlengkapan dalam acara potong tumpeng : 1 baki yang diisi 1 piring, sepasang
sendok garpu, centong dan pisau. Centong dan Pisau dihias oleh Pita). Hehe
kenapa di Pita-in kalau kata bu Hesti sih, sebelum acara dimulai biasanya perlengkapan
di shoot sama seksi liputan dan dokumentasi. Jadi biar kelihatan cantik.
· Dodol Dawet.
Setelah perlengkapan siraman lengkap. Kemudian dimulailah rangkaian upacara
Siraman seperti berikut :
Pengiriman Air Perwito Adi ke CPP(calon penganten pria)
Setelah air siraman
dicampur di kediaman CPW. Dilakukan pengiriman air perwito adi ke kediaman CPP.
Keluarga CPW mengirimkan 2 wakil (2 pasang suami istri) yang ditugaskan untuk
menjadi wakil keluarga CPW dalam mengirimkan air perwito adi ke kediaman CPP.
Duta keluarga CPW ini
akan menghadap orang tua CPP, dan menjadi saksi telah dilaksanakannya upacara
siraman di kediaman CPP. Setelah CPP selesai melakukan siraman dan Potong
Rikmo, potongan rambut CPP akan dibawah kembali ke kediaman CPW oleh Duta keluarga
CPW.
Sungkeman / Pangabekten
Sebelum melakukan siraman calon pengantin harus melakukan sungkeman kepada
Bapak dan Ibu pengantin. Pada acara sungkeman ini menunjukkan tanda bakti
seorang anak kepada orang tua dan dan sekaligus menjadi ajang mencurahkan rasa
terima kasih dan permohonan maaf dan doa restu seorang anak kepada orang tua
nya.
Biasanya pada saat sungkeman ini suasana lumayan mengharu biru. Dan pasti
calon pengantin dan orang tua akan banjir air mata. Huhuhuhu..
Siraman
Ubarampe yang harus disiapkan berupa air bunga setaman,
yaitu air yang diambil dari tujuh sumber mata air yang ditaburi bunga setaman
yang terdiri dari mawar, melati dan kenanga.
Siraman dilaksanakan untuk menyucikan diri dan juga
membuang segala kejelekan Calon Pengantin yang ada, agar calon pengantin dapat
memulai hidup baru dengan hati yang bersih dan suci. Siraman dilakukan oleh 9
orang sesepuh termasuk sang Ayah. Jumlah sembilan tersebut menurut budaya
Keraton Surakarta untuk mengenang keluhuran Wali Sanga, yang bermakna
manunggalnya Jawa dengan Islam. Selain itu angka sembilan juga bermakna
’babahan hawa sanga’ yang harus dikendalikan.
Siraman pertama kali dilakukan oleh Bapak calon pengantin dan diikuti oleh
Ibu calon pengantin. Setelah Bapak Ibu selesai melakukan siraman baru ketujuh
pini sepuh yang melakukan siraman. Untuk calon pengantin wanita, pini sepuh
yang melakukan siraman haruslah berjenis kelamin wanita. Sedangkan untuk calon
pengantin pria, pini sepuh yang melakukan siraman haruslah berjenis kelamin
pria. Tahapan upacara siraman adalah sebagai berikut :
- calon pengantin mohon doa restu kepada kedua orangtuanya.
- calon mantu duduk di tikar pandan tempat siraman.
- calon pengatin disiram oleh pinisepuh, orangtuanya dan beberapa wakil yang
ditunjuk.
- yang terakhir disiram dengan air kendi oleh bapak ibunya dengan mengucurkan
ke muka, kepala, dan tubuh calon pengantin dan memandu calon pengantin untuk
melakukan wudhu. Begitu air kendi habis kemudian kendil dijatuhkan sampai pecah
sambil mengucap:
NIAT INGSUN ORA MECAH KENDI, NANGIN MECAH PAMORE ANAKKU
Potong Rikmo
Setelah selesai siraman, kemudian dilakukan prosesi potong rikmo / potong
rambut. Potongan rambut kedua calon mempelai akan disatukan pada upacara Tanem
Rikmo. Biasanya upacara Tanem Rikmo dilakukan setelah wakil keluarga CPW
kembali dari kediaman CPP.
Dodol Dawet
Jual Dawet diambil makna dari cendol yang berbentuk bundar merupakan
lambang kebulatan kehendak orang tua untuk menjodohkan anak. Bagi orang yang
akan membeli dawet tersebut harus membayar dengan ’kreweng’ (pecahan genting)
bukan dengan uang. Hal itu menunjukkan bahwa kehidupan manusia berasal dari
bumi. Penjualnya adalah ibu calon pengantin putri yang dipayungi oleh bapak.
Pembelinya adalah para tamu dengan uang pecahan genting (kreweng). Yang
melayani pembeli adalh ibu sedangkan yang menerima pembayaran adalah bapak. Hal
ini mengajarkan kepada anak mereka yang akan menikah tentang bagaimana mencari
nafkah sebagai suami istri, harus saling membantu.
(Dawet)Upacara ini mengandung harapan agar nanti pada saat upacara panggih
dan resepsi, banyak tamu dan rezeki yang datang. Hihi..
Potong Tumpeng Kamulyan
Bapak calon pengantinmemotong tumpeng Kamulyan dan diberikan ke Ibu calon
pengantin. Potongan tumpeng tersebut yang akan disuapi kepada calon pengantin
pada saat acara Dulangan Kapungkasan.
Dulangan Kapungkasan
Suapan terakhir calon pengantin dari orang tuanya. Calon pengantin duduk
diapit orang tua. Sebelum upacara Dulang Kapungkasan, Bapak calon pengantin
menyerahkan hasil penjualan dawet kepada calon pengantin.
Kembul Bujono Ondrowino
Santap siang/sore bersama dengan tamu yang hadir
Pelepasan Ayam
Orang tua sudah setulus-tulusnya dan se ikhlas-ikhlasnya melepas putrinya
untuk hidup mandiri. Bagaikan anak Ayam yang begitu dilepas sudah dapat
mencari/ mengais makanan sendiri. Diharapkan untuk ke depannya putrinya dapat
hidup mandiri dan dapat memperoleh rejeki yang luas dan barokah.
Hehe.. begitulah kurang lebih susunan Acara Siraman adat Jawa. Selanjutnya
akan aku ulas lengkap mengenai susunan acara Malam Midodareni, Akad Nikah, Panggih serta
Resepsi.
6. Midodareni Midodareni adalah malam sebelum akad nikah, yaitu
malam melepas masa lajang bagi kedua calon pengantin. Acara ini dilakukan di
rumah calon pengantin perempuan. Dalam acara ini ada acara nyantrik untuk
memastikan calon pengantin laki-laki akan hadir dalam akad nikah dan sebagai
bukti bahwa keluarga calon pengantin perempuan benar-benar siap melakukan
prosesi pernikahan di hari berikutnya. Midodareni berasal dari kata widodareni (bidadari), lalu
menjadi midodareni yang berarti membuat keadaan calon pengantin seperti
bidadari. Dalam dunia pewayangan, kecantikan dan ketampanan calon pengantin
diibaratkan seperti Dewi Kumaratih dan Dewa Kumajaya.
1. Babak V (Tahap Puncak Acara)
1. Ijab qobul
Peristiwa penting dalam hajatan mantu adalah ijab qobul dimana sepasang calon
pengantin bersumpah di hadapan naib yang disaksikan wali, pinisepuh dan orang
tua kedua belah pihak serta beberapa tamu undangan. Saat akad nikah, ibu dari
kedua pihak, tidak memakai subang atau giwang guna memperlihatkan keprihatinan
mereka sehubungan dengan peristiwa menikahkan atau ngentasake anak.
Panggih = temu – adalah rangkaian upacara adat Jawa. Upacara ini
seharusnya diadakan di rumah pengantin putri.
Uba rampe [= kelengkapan] yang dipakai dalam upacara ini antara lain:
- pisang sanggan – sebagai tanda penghargaan kepada keluarga pengantin wanita
- manuk-manukan
[burung-burungan]
- kembar mayang
Rombongan pengantin kakung maupun putri akan membawa manuk-manukan dan kembar
mayang yang kemudian saling ditukarkan.
urutan prosesi panggih
- paling depan adalah adik suamiku yang paling kecil dengan membawa pisang
sanggan
- pembawa manuk-manukan
- pembawa kembar mayang
- pengantin kakung digandeng oleh Eyangnya dan seorang teman dekat kakak ipar
Prosesi berjalan pelan-pelan diiringi gending Jawa gendingnya ‘Kodok Ngorek’.
Prosesi pengantin putri, urutannya sama, tapi tanpa pisang sanggan. Setelah
rombongan prosesi saling mendekat dimulailah upacaranya:
- pisang sanggan diserahkan ke ibu penganten putri
- tukar menukar manuk-manukan dan kembar mayang
Balangan Suruh (melempar daun sirih)– kira-kira jarak 3 meteran,
pengantin saling melempar daun sirih yang diikat benang putih –
konon, kalau yang dilempar menghilang, berarti bukan manusia
Midak Tigan (menginjak telur) – pengantin kakung menginjak telor dengan
kaki kanan dan pengantin putri mencuci kaki tersebut dengan air bunga – yang
artinya tanda bakti seorang isteri kepada suami, serta kesiapan seorang
suami untuk menjadi kepala keluarga yang bertanggung-jawab
Mijiki Samparan (membasuh Kaki) - pengantin perempuan membasuh dan membersihkan kaki kanan pengantin laki-laki yang sebelumnya menginjak telur. artinya kesetiaan istri terhadap suami dikala susah maupun senang.
Upacara ‘sinduran’ [sindur adalah semacam selendang berwarna merah,
berpinggir putih berliku-liku]. kain Sindur ini dibentangkan di pundak penganten
laki-laki dan perempuan oleh ibu pengantin putri, kemudian bapak ‘menyeret’ pengantin pelan-pelan
menuju pelaminan, ibu pengantin putri ikut ‘mendorong’ dari belakang. artinya:
bapak-ibu menunjukkan jalan menuju kebahagiaan dan dorongan dalam membina rumah
tangga. Sindur yang berpinggir lekuk-lekuk putih berarti: jalan
hidup itu tidak lurus tapi berliku-liku, kadang diatas kadang dibawah.
Bobot Timbang - bapak pengantin putri duduk dan memangku kedua
pengantin – namanya upacara timbangan disertai ibu PP bertanya pada bapak: ‘abot
endi pak?– bapak menjawab: ‘pada abote bu’ yang artinya: kasih sayang terhadap
anak dan anak mantu sama besarnya, tidak membeda-bedakan.
Tanem Jero’ [menanam] – bapak pengantin
putri mendudukkan pengantin ke pelaminan, menandakan bahwa, pernikahan mereka
mendapat restu.
Upacara kacar-kucur – pengantin kakung mengucurkan dari sebuah
kantong yang berisi: kedelai, kacang, padi, jagung, beras kuning, bunga dan
uang receh, ke sehelai kain di pangkuan pengantin. Yang artinya: suami memberi
semua penghasilannya pada isteri, dan isteri menerima dengan sepenuh hati dan
akan mengelolanya dengan sebaik-baiknya secara bertanggung jawab.
Dhahar Walimah atawa makan bersama. Pengantin makan sepiring
berdua, dan saling menyuapi. Maknanya: akan selalu bersama dalam susah maupun
senang.
Dalam upacara dulangan ada makna tutur adilinuwih (seribu
nasihat yang adiluhung) dilambangkan dengan sembilan tumpeng yang bermakna :
- tumpeng tunggarana : agar selalu ingat kepada yang memberi hidup.
- tumpeng puput : berani mandiri.
- tumpeng bedhah negara : bersatunya pria dan wanita.
- tumpeng sangga langit : berbakti kepada orang tua.
- tumpeng kidang soka : menjadi besar dari kecil.
- tumpeng pangapit : suka duka adalah wewenang Tuhan Yang Maha Esa.
- tumpeng manggada : segala yang ada di dunia ini tidak ada yang abadi.
- tumpeng pangruwat : berbaktilah kepada mertua.
- tumpeng kesawa : nasihat agar rajin bekerja.
Ngunjuk Toya Wening - minum bersama Pengantin minum dalam gelas berbeda tetapi saling menyuapi/ saling menyilangkan tangan
berdua, dan saling menyuapi. Maknanya: akan selalu bersama dalam susah maupun
senang
Perlu diketahui bahwa, selama upacara panggih ini,
orang tua pengantin kakung sama sekali tidak boleh menyaksikan. Nah, setelah
semua rangkaian acara di atas selesai, barulah bapak-ibu pengantin putri
menjemput besannya.
Upacara ini namanya mapak besan/menjemput orang tua mempelai
laki-laki. Mereka kemudian bersama-sama berjalan menuju tempat yang telah
disediakan untuk menerima sungkem dari anak-anaknya.
8. Sungkeman pun ada caranya. Caranya, berjongkok dengan sikap seperti orang
menyembah, menyentuh lutut orang tua pengantin perempuan, mulai dari pengantin
putri diikuti pengantin putra, baru kemudian kepada bapak dan ibu pengantin
putra.